Jumat, 11 Januari 2013

Surat Untuk Para Dosen


Perguruan tinggi dianggap sebagai jembatan agar mahasiswa dapat meraih kesuksesan. Melalui pendidikan yang tinggi mahasiswa akan meraih segala cita-cita yang dimimpikannya. Terlebih orang yang berpendidikan tinggi akan dihargai oleh masyarakat luas. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan perguruan tinggi dianggap sebagai tempat yang tepat untuk mempersiapkan diri sebelum terjun di masyarakat.
Mahasiswa dikenal sebagai orang yang memiliki keintelektualan yang lahir dari proses perkuliahan yang dienyam di kampus. Akan tetapi benarkah julukan “intelektual” itu hadir dari pribadi seorang mahasiswa? Pertanyaan lain muncul apakah proses perkuliahan yang dienyam mahasiswa di perguruan tinggi memiliki kualitas sehingga akan melahirkan mahasiswa yang intelek?
Proses perkuliahan yang dienyam di kampus adalah hal yang penting karena melalui hal tersebutlah mahasiswa terbentuk. Proses perkuliahan yang baik akan menghasilkan mahasiswa yang tangguh dan kompeten pada bidangnya. Begitu pula sebaliknya, apabila mahasiswa yang terbentuk kurang menunjukan jati dirinya sebagai orang yang intelek harus kita lihat sisi sebenarnya dari proses perkuliahan yang terjadi.
Praktik Proses Perkuliahan
Saya adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang sangat ingin menyampaikan hal ini. Ada sedikit rasa heran yang saya pikirkan ketika melihat secara luas proses perkuliahan. Keironisan muncul dan begitu banyak hal-hal yang sebenarnya harus dibenahi. Dalam praktiknya  banyak dosen yang mengajar matakuliah secara borongan atau dosen tersebut mengajar matakuliah lebih dari satu, yang menjadi masalah adalah ketika matakuliah yang diajarkannya itu diluar kemampuan dosen tersebut. Bagaimana mahasiswa dapat menerima pelajaran dalam matakuliah yang diajarkan sementara dosennya sendiri kurang kompeten. Praktik tersebut sudah banyak terjadi dan akibatnya mahasiswa tidak mendapatkan apa-apa dari matakuliah tersebut.  Mahasiswa seharusnya belajar pada seorang ahli/pakar pada bidangnya sehingga ilmu akan terserap dengan baik dan pembelajaran pun benar-benar terjadi.
Keironisan lain dalam dunia pendidikan tinggi adalah seorang dosen terkadang mengajar matakuliahnya dengan cara menyuruh mahasiswa membagi kelompok dan melalukan presentasi kelompok setiap kali pertemuan pada matakuliah tersebut. Setiap kali, perkuliahan berjalan dengan presentasi dari mahasiswa kepada mahasiswa lainnya padahal perkuliahan seharusnya berjalan dari dosen yang memiliki kemampuan di bidangnya kepada mahasiswa secara komunikatif sehingga proses pembelajaran akan benar-benar terjadi. Mahasiswa memang perlu aktif dalam proses pembelajaran tapi hal itu bukanlah artian dari pembelajaran yang harus disampaikan dari mahasiswa satu yang belum memahami sebuah konsep kepada mahasiswa lainnya. Proses pembelajaran yang terjadi justru akan menghasilkan pembelajaran yang rentan salah kaprah dan salah penafsiran terhadap suatu permasalahan.
Dunia perkuliahan pun sebenarnya terkesan sebagai formalitas belaka. Dosen seringkali berhalangan hadir dan terkesan tidak mementingkan matakuliah dengan alasan ada acara penting di luar. Masih teringat kata-kata seorang dosen terdengar merdu di telinga saya yang mengatakan “pengajar yang baik adalah pengajar yang memberikan contoh kebaikan bukan yang memberikan teori kebaikan”. Kata-kata tersebut sungguh membuat saya tersenyum lebar. Akan tetapi senyum lebar seketika terhapus ketika saya membuka mata untuk melihat realitas dosen-dosen yang ada. Mungkin terabaikannya perkuliahan disebabkan sibuknya para dosen. Kata-kata indah tadi pun mungkin hanya ada dalam sebuah kata bijak yang belum banyak terimplementasikan di semua pengajar.
Betapa menyedihkannya posisi mahasiswa menjalani proses perkuliahan sekarang ini. Proses perkuliahan hadir dengan segala keformalitasan yang ada. Kompetensi dan segala keahlian yang ingin didapatkan para mahasiswa seketika terhapus dan mahasiswa terbuai dengan dengan segala fenomena yang terjadi. Para mahasiswa senang mendapatkan nilai bagus walaupun sebenarnya tidak tahu apa yang didapatkan dari matakuliah tersebut. Suatu ancaman besar pun hadir karena ketika seorang mahasiswa terjun ke masyarakat luas bukan nilai yang dipandang melainkan kompetensi/keahlian yang dimiliki mahasiswa tersebut.
Mahasiswa adalah para penerus bangsa yang harus ditangani dengan baik dengan menghadirkan proses perkuliahan dan pembelajaran yang baik pula. Memang masih sangat banyak dosen yang sangat professional, penuh kompetensi dan memiliki sikap tanggung jawab yang tinggi namun jangan sampai dosen-dosen yang seperti tadi membuat buruk citra para dosen yang ada. 
Saya sebenarnya ragu menulis surat ini, akan tetapi rasa ragu itu saya buang jauh-jauh agar kedepan perbaikan akan terjadi. Saya selalu ingat pesan dosen yang mengatakan “katakanlah yang sejujurnya walaupun itu pahit (al-Hadist)”. Semoga surat ini menjadi surat cinta bagi para dosen seIndonesia agar kedepan mahasiswa dapat belajar pada dosen-dosen yang kompeten, bertanggung jawab dan penuh dengan keikhlasan.*
 Dari mahasiswa tingkat akhir untuk para dosen SeIndonesia tercinta.
Salam Hangat.
*Diterbitkan di koran Pikiran Rakyat.