Perguruan tinggi dianggap sebagai jembatan agar mahasiswa
dapat meraih kesuksesan. Melalui pendidikan yang tinggi mahasiswa akan meraih
segala cita-cita yang dimimpikannya. Terlebih orang yang berpendidikan tinggi akan
dihargai oleh masyarakat luas. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan perguruan
tinggi dianggap sebagai tempat yang tepat untuk mempersiapkan diri sebelum
terjun di masyarakat.
Mahasiswa dikenal sebagai orang yang memiliki
keintelektualan yang lahir dari proses perkuliahan yang dienyam di kampus. Akan
tetapi benarkah julukan “intelektual” itu hadir dari pribadi seorang mahasiswa?
Pertanyaan lain muncul apakah proses perkuliahan yang dienyam mahasiswa di
perguruan tinggi memiliki kualitas sehingga akan melahirkan mahasiswa yang
intelek?
Proses perkuliahan yang dienyam di kampus adalah hal yang
penting karena melalui hal tersebutlah mahasiswa terbentuk. Proses perkuliahan
yang baik akan menghasilkan mahasiswa yang tangguh dan kompeten pada bidangnya.
Begitu pula sebaliknya, apabila mahasiswa yang terbentuk kurang menunjukan jati
dirinya sebagai orang yang intelek harus kita lihat sisi sebenarnya dari proses
perkuliahan yang terjadi.
Praktik
Proses Perkuliahan
Saya adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang sangat
ingin menyampaikan hal ini. Ada sedikit rasa heran yang saya pikirkan ketika
melihat secara luas proses perkuliahan. Keironisan muncul dan begitu banyak
hal-hal yang sebenarnya harus dibenahi. Dalam praktiknya banyak dosen yang mengajar matakuliah secara
borongan atau dosen tersebut mengajar matakuliah lebih dari satu, yang menjadi
masalah adalah ketika matakuliah yang diajarkannya itu diluar kemampuan dosen
tersebut. Bagaimana mahasiswa dapat menerima pelajaran dalam matakuliah yang
diajarkan sementara dosennya sendiri kurang kompeten. Praktik tersebut sudah
banyak terjadi dan akibatnya mahasiswa tidak mendapatkan apa-apa dari
matakuliah tersebut. Mahasiswa seharusnya
belajar pada seorang ahli/pakar pada bidangnya sehingga ilmu akan terserap
dengan baik dan pembelajaran pun benar-benar terjadi.
Keironisan lain dalam dunia pendidikan tinggi adalah
seorang dosen terkadang mengajar matakuliahnya dengan cara menyuruh mahasiswa
membagi kelompok dan melalukan presentasi kelompok setiap kali pertemuan pada
matakuliah tersebut. Setiap kali, perkuliahan berjalan dengan presentasi dari
mahasiswa kepada mahasiswa lainnya padahal perkuliahan seharusnya berjalan dari
dosen yang memiliki kemampuan di bidangnya kepada mahasiswa secara komunikatif
sehingga proses pembelajaran akan benar-benar terjadi. Mahasiswa memang perlu
aktif dalam proses pembelajaran tapi hal itu bukanlah artian dari pembelajaran yang
harus disampaikan dari mahasiswa satu yang belum memahami sebuah konsep kepada
mahasiswa lainnya. Proses pembelajaran yang terjadi justru akan menghasilkan
pembelajaran yang rentan salah kaprah dan salah penafsiran terhadap suatu
permasalahan.
Dunia perkuliahan pun sebenarnya terkesan sebagai
formalitas belaka. Dosen seringkali berhalangan hadir dan terkesan tidak mementingkan
matakuliah dengan alasan ada acara penting di luar. Masih teringat kata-kata
seorang dosen terdengar merdu di telinga saya yang mengatakan “pengajar yang
baik adalah pengajar yang memberikan contoh kebaikan bukan yang memberikan
teori kebaikan”. Kata-kata tersebut sungguh membuat saya tersenyum lebar. Akan
tetapi senyum lebar seketika terhapus ketika saya membuka mata untuk melihat
realitas dosen-dosen yang ada. Mungkin terabaikannya perkuliahan disebabkan
sibuknya para dosen. Kata-kata indah tadi pun mungkin hanya ada dalam sebuah
kata bijak yang belum banyak terimplementasikan di semua pengajar.
Betapa menyedihkannya posisi mahasiswa menjalani proses
perkuliahan sekarang ini. Proses perkuliahan hadir dengan segala keformalitasan
yang ada. Kompetensi dan segala keahlian yang ingin didapatkan para mahasiswa
seketika terhapus dan mahasiswa terbuai dengan dengan segala fenomena yang
terjadi. Para mahasiswa senang mendapatkan nilai bagus walaupun sebenarnya
tidak tahu apa yang didapatkan dari matakuliah tersebut. Suatu ancaman besar
pun hadir karena ketika seorang mahasiswa terjun ke masyarakat luas bukan nilai
yang dipandang melainkan kompetensi/keahlian yang dimiliki mahasiswa tersebut.
Mahasiswa adalah para penerus bangsa yang harus ditangani
dengan baik dengan menghadirkan proses perkuliahan dan pembelajaran yang baik
pula. Memang masih sangat banyak dosen yang sangat professional, penuh
kompetensi dan memiliki sikap tanggung jawab yang tinggi namun jangan sampai
dosen-dosen yang seperti tadi membuat buruk citra para dosen yang ada.
Saya sebenarnya ragu menulis surat ini, akan tetapi rasa
ragu itu saya buang jauh-jauh agar kedepan perbaikan akan terjadi. Saya selalu
ingat pesan dosen yang mengatakan “katakanlah yang sejujurnya walaupun itu
pahit (al-Hadist)”. Semoga surat ini menjadi surat cinta bagi para dosen seIndonesia
agar kedepan mahasiswa dapat belajar pada dosen-dosen yang kompeten,
bertanggung jawab dan penuh dengan keikhlasan.*
Dari mahasiswa tingkat akhir untuk para
dosen SeIndonesia tercinta.
Salam Hangat.
*Diterbitkan di koran Pikiran Rakyat.