Menurut
kamus besar bahasa indonesia arti kata mahasiswa adalah orang yang belajar
diperguruan tinggi. Kata mahasiswa sendiri terdiri dari kata maha dan siswa,
maha berarti sangat, tinggi sedangkan siswa berarti murid, pelajar. Melihat
pengertian tersebut mahasiswa dapat diartikan sebagai orang yang belajar di
perguruan tinggi dan memiliki kemampuan yang sangat baik dalam pelajaran atau
dengan kata lain pintar dan cerdas.
Mahasiswa
adalah manusia yang terdidik. Dengan pendidikan yang dienyam di kampus,
mahasiswa diharapkan akan menjadi manusia seutuhnya karena fungsi pendidikan
adalah memanusiakan manusia dan mengubah karakter seseorang menjadi lebih baik.
Mahasiswa pun dianggap sebagai kaum muda yang memiliki begitu banyak potensi
yang akan dikembangkan dalam ruang bernama kampus. Semua itu membuat masyarakat
selalu menantikan sepak terjang mahasiswa untuk masa depan bangsa ke arah yang
lebih baik.
Mahasiswa
memang identik dengan intelektual, pemikiran kritis dan sepak terjang dalam
usaha memajukan bangsa. Mahasiswa pun selalu diharapkan menjadi manusia tangguh
yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang dapat menggantikan
generasi-generasi sebelumnya. Semua itu berartikan bahwa mahasiswa merupakan
aset, cadangan dan harapan bangsa untuk kemajuan suatu bangsa. Masa depan suatu
bangsa dapat terlihat dari para penerus bangsanya salah satunya dapat dilihat
dari pola tingkah laku mahasiswa.
Pada
hakikatnya mahasiswa memiliki tiga peran vital dalam kehidupan bermasyarakat.
Pertama mahasiswa berperan sebagai agent
of change yaitu sebagai garda terdepan pelaku perubahan yang diharapkan
dalam rangka kemajuan bangsa. Dilakukan dengan memperjuangkan hak-hak rakyat
kecil dan mengembalikan nilai-nilai kebenaran yang diselewengkan oleh
oknum-oknum elit. Kedua, sebagai agent of
problem solver yaitu pemberi solusi dari setiap persolaan yang terjadi
dalam lingkungan dan bangsanya sendiri dengan berbagai analisa, pemikiran
kritis dan kajian-kajian akademik yang dilakukan. Ketiga, mahasiswa sebagai agent of control yaitu mengontrol
apabila terdapat penyimpangan yang dilakukan para penguasa.
Krisis Moralitas
Ironis,
mahasiswa sekarang sudah lupa pada tugas dan hakikatnya, ibarat sebuah
peribahasa yaitu “bagai macan yang
kehilangan taringnya”. Mahasiswa yang katanya merupakan kaum intelektual
mempunyai pemikiran kritis, analisa tajam, serta diharapkan untuk
memperjuangkan masa depan bangsa, seakan-akan kehilangan rohnya. Peran
kebajikan sebagai mahasiswa seolah terlupakan dan cenderung tidak dipikirkan
lagi, semua itu terlihat dari kehidupan mahasiswa dewasa ini. Ketika hedonisme
dielu-elukan, trend dan mode dituhankan dan kampus dijadikan jalannya yang
terjadi hanyalah sebuah kekerdilan pemikiran para mahasiswa. Kampus sebagai
pusat peradaban kaum intelektual pun kini tak lebih terlihat sebagai pusat fashion show mahasiswa dan tempat
bermain mengisi waktu bersama teman-teman.
Perilaku
menyimpang seperti mengonsumsi miras, narkoba hingga seks bebas pun sudah
banyak dilakukan mahasiswa yang katanya intelektual itu bahkan berdasarkan
penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen
remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Semua itu dilakukan para remaja
yang didalamnya terdiri dari mahasiswa. Inikah perilaku mahasiswa yang
dikatakan intelektual itu?
Tekad
perjuangan para mahasiswa hilang dan idealisme mahasiswa pun lenyap, yang
terjadi sebenarnya adalah masa depan bangsa sedang dalam keadaan yang kritis.
Masa depan bangsa sedang dipertaruhkan di tengah para penerus bangsa
(mahasiswa) yang tidak lagi memiliki kemauan memajukan bangsa yang sedang sakit
ini. Sedikit sekali mahasiswa yang berminat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
seminar dan lomba karya tulis ilmiah. Mereka lebih suka menonton acara-acara
televisi seperti acara lawak yang justru tidak ada kaitannya dengan dunia
mahasiswa, semua itu terlihat jelas ketika acara televisi tersebut sedang
berlangsung dan dihadiri oleh banyak mahasiswa dari berbagai universitas.
Miris
memang melihat kenyataan yang terjadi ini. Namun, kita harus berani
mengungkapkan realitas yang terjadi agar ke depan pola perilaku seperti itu
dapat kita ubah bersama-sama. Kelak semua mahasiswa akan kembali pada
hakikatnya dan lepas dari belenggu krisis moralitasyang sedang banyak terjadi. Namun,
dibalik semua itu percayalah masih ada mahasiswa yang memiliki
pemikiran-pemikiran yang kritis, tekad perjuangan dan semangat yang tinggi
untuk memajukan bangsa menjadi lebih baik. Walaupun sedikit, hal tersebut
bagaikan setitik sinar yang dapat menyinari kegelapan dan perlahan menerangi sisi-sisi
ruang gelap dengan sangat terang. Semoga kita termasuk ke dalam setitik sinar
dalam kegelapan tersebut dan tergolong ke dalam mahasiswa yang sebenarnya.
Penulis, Imam Akhmad.