Jumat, 29 Juni 2012

Beasiswa, Bantuan atau Pencitraan?


Terbit Koran Pikiran Rakyat, edisi: kamis, 28 Juni 2012

Berawal dari perkataan seorang mahasiswa yang mengeluh tentang beasiswa di kampusnya tulisan ini saya buat. Seorang mahasiswa bernama Anandia Anisa berkata dalam akun jejaring sosialnya “Orang yang bermotor dan hidup glamour kok dapat beasiswa BBM (Beban Biaya Mahasiswa), aneh”. Perkataan tersebut merupakan luapan kekeceawan kepada kebijakan kampus yang memberikan beasiswa BBM (beasiswa kurang mampu) kepada orang yang justru sangat mampu.
Pada hakikatnya beasiswa adalah salah satu bantuan berupa uang atau pembebasan biaya kuliah terhadap mahasiswa. Beasiswa sendiri terdiri dari dua jenis yaitu beasiswa untuk siswa berprestasi dan kurang mampu. Dengan adanya beasiswa mahasiswa dapat terbantu dalam biaya perkuliahan sehingga dapat lebih berkonsentrasi menuntut ilmu di ruang bernama kampus. Adanya beasiswa tersebut memang akan memberikan dampak yang cukup baik ditengah mahalnya biaya kuliah di perguruan tinggi. Beasiswa mampu mengurangi beban biaya mahasiswa sedangkan mahasiswa memiliki semangat untuk menuntut ilmu dan mengejar cita-citanya.
Pendidikan memanglah penting karena pendidikan mampu mengubah karakter seseorang menjadi lebih baik dan hakikatnya pendidikan dapat memanusiakan manusia. Namun, seiring dengan urgensi pendidikan dalam kehidupan, biaya pendidikan justru semakin melambung tinggi. Biaya masuk perguruan tinggi semakin tahun semakin tinggi bahkan biaya semester (spp) pun seringkali latah. Pun perguruan tinggi lainnya seolah latah mengakibatkan biaya pendidikan semakin tahun semakin mahal. Beasiswa pun menjadi hal yang penting karena dapat memberikan keringanan biaya pada mahasiswa.
Seiring dengan urgensi beasiswa dalam lembaga pendidikan tinggi, ironis justru penyalurannya seringkali tidak tepat sasaran. Kasus yang dikatakan Anandia Anisa merupakan salah satu bukti nyata salah sasarannya penyaluran beasiswa pada mahasiswa. Ketika beasiswa diberikan kepada yang mampu dan yang tidak mampu tidak mendapatkannya maka yang terjadi hanyalah sebuah keironisan dalam dunia pendidikan tinggi. Pun ketika beasiswa berprestasi diberikan kepada yang prestasinya biasa-biasa saja maka yang sedang terjadi adalah sebuah fenomena kedzaliman terhadap mahasiswa berprestasi.
Semua gambaran seperti itu sangat boleh dijadikan argumen bahwa kampus sebenarnya tidak memedulikan mahasiswanya. Beasiswa yang diberikan terkesan sebagai pencitraan agar kampus terlihat memerhatikan mahasiswa sehingga kampus akan terlihat baik di mata sebagian orang. Kampus yang merupakan ruang pembelajaran berbau akademis pun sebenarnya tak lebih dari lembaga bisnis yang menjaring mahasiswa sebagai konsumen, penyaluran beasiswa yang terkesan asal-asalan lah menjadi salah satu bukti. Iming-iming lembaga pendidikan tinggi berkualitas serta banyaknya beasiswa pun menjadi umpan yang jitu.
Sama halnya dengan beasiswa kampus, beasiswa swasta pun banyak diberikan saat ini. Beasiswa tersebut merupakan bantuan dari perusahaan swasta yang katanya bertujuan membantu biaya jenjang pendidikan mahasiswa. Para mahasiswa pun banyak yang meneteskan air liurnya karena ingin mendapatkan beasiswa-beasiswa tersebut.
Dibalik semua itu terdapat pertanyaan besar yaitu apakah beasiswa yang diberikan swasta merupakan bantuan yang benar-benar bertujuan membantu biaya perkuliahan yang mahal ataukah beasiswa dijadikan sebagai alat pencitraan? Pencitraan tersebut yaitu perusahaan swasta akan mendapatkan image bahwa mereka peduli terhadap pendidikan sehingga beasiswa dapat dijadikan alat penyumbat agar aliran kritikan mahasiswa tidak tertuju pada perusahaan tersebut. Pencitraan tersebut pun kian jelas ketika perusahaan yang memberikan beasiswa adalah perusahaan besar seperti perusahaan rokok. Apakah semua itu adalah suap agar mahasiswa tidak banyak melakukan protes terhadap rokok atau justru sebagai media iklan?
Memang adanya beasiswa sangat memberikan rasa gembira disaat biaya pendidikan yang tidak murah seperti saat ini. Namun dibalik itu semua jangan sampai beasiswa dijadikan sebagai alat pencitraan, baik pencitraan sebuah kampus atau perusahaan besar. Beasiswa bukanlah alat pencitraan melainkan dana bantuan yang seharusnya didapatkan oleh mahasiswa yang berhak (berprestasi dan tidak mampu) agar mahasiswa dapat dengan nyaman menuntut ilmu di lembaga pendidikan tinggi. wallahu’alam bissawab.

Penulis, Imam Akhmad. Mahasiswa.

3 komentar:

  1. Yang salah sebenarnya para pengelola beasiswa di kampus. Misalnya jurusan terkesan acuh, mereka tidak tahu mana mahasiswa yang berprestasi dan mana mahasiswa yang pura2 berprestasi. Miris

    BalasHapus
  2. Betul sekali pak Darman

    BalasHapus