Minggu, 29 April 2018

Antara Fallacy dan Cinta Buta


Kejadian 1: Pruhut adalah anggota Partai Sembelit. Dia melihat ada salah satu anggota ormas yang anarkis. Pruhut pun berkoar-koar agar pemerintah membubarkan ormas tersebut.
Kejadian 2: Salah satu anggota Partai Sembelit terlibat korupsi. Masyarakat meminta partai tersebut bubar. Pruhut membela, “itu hanyalah oknum, katanya.”
Kejadian 3: Orang dekat Partai Sembelit melakukan ujaran kebencian bersifat SARA terhadap satu golongan. Pruhut membela setengah mati padahal kesalahannya sudah jelas dan dapat dibuktikan. Pruhut membela, “itu kan hanya penafsiran, katanya.”
(Kejadian di atas adalah cerita yang dikarang penulis. Kemiripan nama dan cerita mungkin memang inspirasinya dari sana.)
**


Dalam kejadian 1, Pruhut melakukan kesalahan berpikir. Dia sesat pikir. Kesesatannya terjadi karena menganalisa satu-dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general/umum. Padahal kejadian satu, tidak bisa menjadi kesimpulan umum. Pruhut melakukan sesat pikir bernama Fallacy of Dramatic Instane.

Dalam kejadian 2, Pruhut tidak melakukan kesalahan berpikir. Dia berkata ketika ada salah satu anggotanya korupsi, tidak lantas partainya harus dibubarkan. “Itu hanya oknum, katanya.” Pada kejadian kedua ini Pruhut benar. Kasus satu atau dua tidak bisa menjadi pembenaran untuk menghakimi semua.

Dalam kejadian 3, Pruhut jelas melakukan kesalahan. Dia membela mati-matian orang yang melakukan ujaran kebencian. Hal itu dilakukan karena orang tersebut adalah orang dekatnya atau orang yang dicintainya.

Ketika memerhatikan dengan saksama tiga kejadian di atas, Pruhut ternyata tak adil. Dalam kejadian 1, Pruhut melakukan kesesatan berpikir. Dalam kejadian 2 berpikirnya benar. Dalam kejadian 3, Pruhur jelas salah.

Kejadian seperti ini bisa saja kita alami. Ketika orang yang dibenci melakukan satu kesalahan, kita akan membenci semua yang diperbuatnya, bahkan selamanya akan dibenci. Namun, berbeda apabila yang melakukan kesalahan adalah anak kita atau orang yang kita cintai. Tentu kesalahan tersebut akan senantiasa kita maafkan.

Sama halnya ketika tahun politik sekarang ini. Pendukung Partai A akan menjunjung tinggi partai beserta kadernya. Sama halnya, Pendukung Partai B akan menjunjung tinggi partai beserta kadernya. Negatifnya, karena mendukung Partai A, mereka merendahkan atau menjelekkan Partai B beserta kebijakannya. Begitu pula sebaliknya, karena mendukung Partai B, mereka merendahkan dan menjelekkan Partai A beserta kebijakannya.

Semua kejadian yang tidak berimbang tadi, terjadi karena cinta buta. Cinta berlebihan di satu sisi akan menimbulkan benci membabi buta di sisi lain. Dengan cinta buta, segala keburukannya akan terasa baik. Begitu pula dengan benci membabi buta, segala kebaikannya akan terasa buruk. Tidak heran, kesalahan-kesalahan berpikir akan muncul. Salah satunya Fallacy of Dramatic Instane yang dilakukan Pruhut tadi. Dengan begitu, jangan jadikan benci dan cinta kita sebagai indikator menilai atau menyimpulkan sesuatu.

            Rasul pernah berkata dalam Hadits Bukhari dan Muslim, bahwa seandainya Fatimah  mencuri niscaya aku memotong tangannya. Orang awan mungkin akan mengatakan bahwa Rasul sangat kejam berani memotong tangan anak yang dicintainya. Namun, dari hadits tersebut Rasul sedang mengajarkan kita tentang keadilan. Tentang keadilan bersikap. Jangan jadikan cinta sebagai hambatan dalam berpikir sehat (di hadits ini dalam menegakkan hukum).

Setali tiga uang, Rasul juga pernah berpesan dalam Hadits Tirmidzi, “Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai.” Akhirnya penulis berpesan, jangan jadikan rasa cinta yang berlebihan menghilangkan sikap kritis kita, padahal yang kita cintai salah. Jangan pula rasa benci yang berlebihan menghilangkan sikap pujian kita, padahal yang kita benci sedang melakukan kebenaran.


Imam Akhmad, M.Pd. Tergabung dalam Ikatan Alumni Duta Bahasa Jawa Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar