Senin, 28 Mei 2018

Mengepompongkan Diri dalam Shaum


oleh Imam Akhmad, M.Pd.

Siapa sangka kupu-kupu yang terbang lincah dengan rona indah itu berasal dari ulat yang merayap menyusuri dahan dipenuhi bulu yang menjijikan. 

Saat itu metamorfosis terjadi. Ulat (larva) menjijikan berhenti makan setelah sebelumnya makan dengan banyaknya. Dirinya seolah istirahat, diam dalam kepompong (pupa). Setelah sekian lama, muncullah kupu-kupu cantik dengan rona beragam rupa. Itulah sedikit gambaran proses metamorfosis yang terjadi pada kupu-kupu.
Untuk menjadi kupu-kupu yang indah, ulat menjijikan itu memerlukam proses metamorfosis yang cukup panjang. Begitu pula kita seorang mukmin yang saat ini sedang dalam kepompong shaum. Proses panjang kita tempuh. Imam Abu Hamid Al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin (Juz1, hal.210) menjelaskan dengan rinci, shaum terbagi tiga.
1.             Shaum umum yaitu shaum menahan lapar, dahaga, dan bercampur dengan pasangan halal di siang hari. Shaum ini dilakukan masyarakat umum.
2.             Shaum khusus yaitu mencegah segala panca indra dari maksiat. Mencegah mata dari penglihatan menimbulkan syahwat, telinga dari pendengaran penuh caci, mulut dari pembicaraan penuh ghibah, dan segala anggota badan lainnya dari kesia-siaan. Shaum ini dilakukan orang soleh.
3.             Shaum khususil khusus yaitu shaumnya hati dari banyaknya keinginan dan pemikiran yang buruk. Dalam tahap ini, kita senantiasa menjauhkan diri dari dengki, hasud, takabbur, dan hasrat hati yang buruk lainnya. Shaum ini merupakan shaum istimewa.
Proses pengepompongan diri dalam shaum ini ternyata bukan hanya menahan lapar, dahaga, dan bercampur dengan pasangan halal ketika siang hari. Lebih dari itu, ada tingkatan yang lebih yaitu mencegah segala panca indra dari maksiat dan hati dari keinginan dan pemikiran yang buruk.
Melalui shaum, betapa akhlak kita akan merona bak kupu-kupu yang memberikan kemenarikan kepada sekitar. Penggemblengan akan terjadi dan mengasah kita menjadi insan yang berakhlak tinggi. Jasmani dan Rohani dilatih terus menerus. Tentu jasmani akan sehat, shumu tashihu, Rasul belasan abad dahulu jelaskan. Tentu pula, rohani akan semakin sabar, ash shiyaamu nishfu shabirin, Rasul dalam Ibnu Majah jelaskan. Efek lebih jauh, peradaban akan meninggi seperti dahulu Islam yang menguasai dunia. Amok complex/gejolak sosial tak akan terjadi karena ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial tak ada. Si kaya melindungi si miskin dengan zakat dan infaqnya dan si pintar membimbing si bodoh dengan ilmunya. Negara melindungi segenap bangsa. Tak ada lagi saling sikut, saling hasut, dan seluruh perilaku pengecut. Inilah islam yang sebenarnya, inilah efek shaum apabila benar-benar dikerjakan.
Bolehlah kita bertanya pada diri, sudahkah itu semua terjadi? Apabila itu belum, mari periksa tata cara shaum dan renungi makna shaum yang kita kerjakan. Berkepomponglah dalam shaum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar